Mengungkap Jejak Houthi dalam Konflik Yaman

YAMAN – Houthi menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Tak tinggal diam, Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan militer di Yaman sebagai tanggapan, pada Desember 2023,

Melansir Al Jazeera, Houthi menargetkan kapal yang terkait dengan Israel. Houthi melancarkan serangan sebagai respon terhadap pemboman Gaza oleh Israel, dan kegagalan internasional untuk mengakhirinya.

Siapakah Houthi sebenarnya? Houthi adalah kelompok bersenjata sekutu Iran, yang berbasis di Yaman. Kelompok ini menguasai sebagian besar wilayah Yaman, ibu kota Sanaa, dan beberapa wilayah barat dan utara yang dekat dengan Arab Saudi.

Mengutip Britannica, Houthi menyebut dirinya Ansar Allah atau Pembela Tuhan. Nama Houthi sendiri didasarkan oleh nama pendirinya, Hussein Badr al-Din al-Houthi.

Gerakan Houthi adalah gerakan politik dan militan yang berakar pada masyarakat Zaydi di Yaman utara. Gerakan ini bermula sebagai reaksi terhadap penindasan terhadap kaum Zaydi oleh pemerintah Arab Yaman pada 1960an.

Walaupun berhasil mencapai kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan, rezim tetap khawatir dalam memberdayakan Zaydi. Akibatnya terjadi marginalisasi komunitas Zaydi secara lebih luas.

Namun berdasarkan ungkapan seorang profesor Universitas Sanaa, Ahmed Addaghashi, Houthi dimulai sebagai gerakan teologis yang mengajarkan toleransi dan persepsi luar kepada seluruh masyakat Yaman.

Menurut sumber lain, Houthi muncul sebagai gerakan oposisi terhadap Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh. Mereka menuduhnya telah melakukan tindak korupsi, dan didukung Arab Saudi dan AS.

Singkatnya, gerakan Houthi muncul di Yaman Utara pada 1990an, sebagai reaksi terhadap meningkatnya pengaruh keuangan dan agama Saudi.

Pada 2003, Houthi dipengaruhi organisasi politik dan militer Syiah Lebanon Hizbullah. Dari sanalah Houthi mengadopsi slogan resmi mereka, dalam melawan AS, Israel, dan Yahudi.

Pada 2004, Al-Houthi dibunuh oleh militer Yaman di Saada, mengakibatkan terjadinya pemberontakan Houthi. Sejak kejadian itu, Houthi dipimpin oleh saudaranya, Abdul Malik al-Houthi.

Dalam merekrut anggota baru di Yaman, Houthi mengajak mereka untuk berjuang dalam pembangunan ekonomi, yang berakhir dengan marginalisasi politik Syiah Zaidi. Mereka juga mempromosikan isu-isu politik dan agama regional di medianya.

Diketahui Houthi dan Sunni Yaman memiliki relasi yang kompleks. Uniknya Houthi telah melakukan diskriminasi terhadap kelompok Sunni, namun bersekutu dan merekrut mereka sebagai anggota.

Dikarenakan latar belakang ideologi Houthi, konflik Yaman telah dipandang sebagai bagian dari Perang Proksi Iran-Arab Saudi.
ChatGPT
Pada Desember 2023, terjadi serangan oleh kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat (AS) dan Inggris melakukan serangan militer di Yaman. Houthi menargetkan kapal yang terkait dengan Israel sebagai respons terhadap pemboman Gaza oleh Israel dan kegagalan internasional untuk mengakhirinya.

Houthi, kelompok bersenjata sekutu Iran yang berbasis di Yaman, menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, serta beberapa wilayah barat dan utara dekat dengan Arab Saudi. Dikenal juga dengan nama Ansar Allah atau Pembela Tuhan, kelompok ini berawal sebagai gerakan politik dan militan yang muncul sebagai reaksi terhadap penindasan kaum Zaydi oleh pemerintah Arab Yaman pada 1960an.

Meskipun gerakan Houthi awalnya bermula sebagai reaksi terhadap penindasan, rezim tetap menunjukkan kekhawatiran dalam memberdayakan komunitas Zaydi. Menurut profesor Universitas Sanaa, Ahmed Addaghashi, awalnya Houthi adalah gerakan teologis yang mengajarkan toleransi dan persepsi luar kepada seluruh masyarakat Yaman.

Houthi muncul sebagai gerakan oposisi terhadap Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, pada 1990an, menuduhnya melakukan tindak korupsi dan didukung oleh Arab Saudi dan AS. Pada 2003, Houthi dipengaruhi oleh organisasi politik dan militer Syiah Lebanon, Hizbullah, dan mengadopsi slogan resmi mereka dalam melawan AS, Israel, dan Yahudi.

Pada 2004, pemimpin Houthi, Al-Houthi, dibunuh oleh militer Yaman, memicu pemberontakan Houthi yang kini dipimpin oleh saudaranya, Abdul Malik al-Houthi. Dalam merekrut anggota baru, Houthi mengajak mereka berjuang dalam pembangunan ekonomi, namun berakhir dengan marginalisasi politik Syiah Zaidi serta mempromosikan isu-isu politik dan agama regional di medianya.

Meski kompleks, relasi antara Houthi dan Sunni Yaman melibatkan diskriminasi dan rekruitmen sebagai anggota. Dengan latar belakang ideologinya, konflik Yaman dipandang sebagai bagian dari Perang Proksi Iran-Arab Saudi.

Sejak 2004, setelah kematian Al-Houthi, kelompok Houthi terus aktif dalam dinamika politik dan konflik Yaman. Mereka mengadopsi pengaruh ideologi Syiah dari Hizbullah Lebanon dan menjadikan konflik di Yaman sebagai panggung untuk melawan kebijakan AS, Israel, dan Arab Saudi.

Rezim Houthi yang dipimpin Abdul Malik al-Houthi terus merekrut anggota baru dengan menekankan partisipasi dalam pembangunan ekonomi. Namun, upaya ini juga membawa dampak marginalisasi politik terhadap komunitas Syiah Zaidi. Dengan mempromosikan isu-isu politik dan agama, Houthi mencoba memperluas pengaruhnya di Yaman.

Dalam dinamika kompleks di Yaman, terungkap bahwa Houthi memiliki hubungan yang rumit dengan komunitas Sunni. Meskipun ada kebijakan diskriminatif terhadap kelompok Sunni, Houthi juga bersekutu dan merekrut anggota dari kalangan mereka.

Peran Houthi dalam konflik Yaman juga menjadi bagian dari narasi luas, di mana konflik tersebut diartikan sebagai bagian dari Perang Proksi antara Iran dan Arab Saudi. Persaingan regional ini menambah kompleksitas situasi dan memperumit upaya perdamaian di Yaman.

Seiring berjalannya waktu, konflik di Yaman terus menjadi sorotan dunia, dengan Houthi sebagai salah satu pihak yang memainkan peran sentral dalam peristiwa tersebut. Pemahaman terhadap akar penyebab, dinamika internal, dan intervensi luar dalam konflik ini menjadi kunci untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan damai di tanah Yaman yang dilanda ketegangan.