Kabaryaman.com – Kelompok Houthi Yaman mengeluarkan peringatan serius terkait situasi di Gaza. Mereka menyatakan siap untuk melancarkan serangan ke Israel jika negara itu melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas dan kembali melanjutkan agresinya terhadap Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh pemimpin Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, dalam pidato televisi pada Selasa (tanggal). Ia menegaskan bahwa kelompoknya “siap untuk melakukan intervensi militer kapan saja jika ada eskalasi terhadap Gaza.”
“Jari kami tetap di pelatuk,” tegasnya, menunjukkan kesiapan penuh kelompok tersebut untuk bertindak. Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah barat Yaman termasuk ibu kota Sanaa, telah secara aktif meluncurkan serangan selama konflik di Gaza sebagai bentuk solidaritas kepada rakyat Palestina. Sejak November 2023, mereka telah melakukan lebih dari 100 serangan terhadap kapal komersial dan militer di Laut Merah serta meluncurkan rudal dan drone ke arah Israel.
Namun, setelah Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata bulan lalu, Houthi menyatakan akan membatasi serangan mereka. Kesepakatan itu bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama. Namun, ketegangan kembali meningkat akibat dugaan pelanggaran oleh Israel terhadap ketentuan gencatan senjata. Pada Senin (tanggal), Hamas mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pembebasan tahanan Israel karena pelanggaran-pelanggaran tersebut, termasuk pembunuhan, pembatasan evakuasi warga Gaza yang terluka untuk mendapatkan perawatan medis, serta kegagalan memasok bantuan kemanusiaan yang cukup ke wilayah itu.
Situasi semakin memanas ketika Presiden AS Donald Trump mengancam akan membatalkan gencatan senjata jika Hamas tidak membebaskan semua tahanan Israel pada tengah hari Sabtu. “Jika Hamas tidak melepaskan semua sandera, saya akan usulkan pembatalan gencatan senjata dan biarkan neraka pecah,” kata Trump. Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menanggapi ancaman tersebut dengan menegaskan bahwa bahasa ancaman tidak memiliki nilai dan hanya akan memperumit situasi. “Gencatan senjata harus dihormati oleh kedua belah pihak,” ujarnya.
Pada Selasa (tanggal), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengulangi ancaman serupa dalam sebuah pernyataan video. Ia mengatakan bahwa militer akan “kembali ke pertempuran intens hingga Hamas akhirnya dikalahkan.” Netanyahu mengeluarkan pernyataan itu setelah rapat kabinet selama empat jam, di mana ia memerintahkan pasukan Israel untuk berkumpul “di dalam dan sekitar Jalur Gaza.” Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebelumnya telah memerintahkan militer untuk bersiap pada tingkat kesiapsiagaan tertinggi di Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata yang rapuh ini terdiri dari tiga fase. Fase pertama melibatkan pertukaran tahanan, penarikan sebagian pasukan Israel, dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Fase kedua, yang detailnya belum disepakati, bertujuan untuk sepenuhnya mengakhiri perang. Sementara itu, fase ketiga diharapkan dapat menangani rekonstruksi di wilayah Palestina yang hancur akibat konflik. Namun, dengan meningkatnya ketegangan dan pelanggaran yang dilaporkan, masa depan kesepakatan ini tampak semakin tidak pasti.
Ancaman dari Houthi Yaman menambah dimensi baru dalam konflik ini, dengan potensi eskalasi yang dapat memperluas lingkup pertempuran di kawasan Timur Tengah.