Berita  

Yaman Tegaskan Kesiapan Balas Agresi AS: Drone Canggih Ditembak Jatuh di Al Hudayda

Kabaryaman.com – Media-media Yaman melaporkan pada Selasa (4/3/2025) bahwa pasukan pertahanan Yaman berhasil menembak jatuh sebuah pesawat nirawak (drone) canggih milik Amerika Serikat di pesisir pantai Provinsi Al Hudayda. Meski detail insiden ini belum sepenuhnya diungkap, peristiwa ini menjadi bagian dari eskalasi konflik antara Yaman dan koalisi yang dipimpin oleh Washington.

Ini juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam kemampuan militer Yaman, terutama setelah kelompok Houthi untuk pertama kalinya menggunakan rudal permukaan-ke-udara (SAM) untuk menyerang jet tempur AS pada 19 Februari 2025.

Menurut Gedung Putih, penggunaan rudal permukaan-ke-udara oleh Houthi adalah “titik balik penting” dalam sejarah konfrontasi Yaman melawan kekuatan internasional seperti AS. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Houthi bukan lagi sekadar kelompok revolusioner lokal, tetapi telah berkembang menjadi kekuatan regional yang memiliki kemampuan pencegahan dan konfrontasi serius terhadap musuh-musuhnya. Pesan ini ditujukan tidak hanya kepada AS, tetapi juga kepada semua kekuatan regional dan internasional yang mencoba mengintervensi urusan Yaman.

AS dan Proyek Agresi Terhadap Yaman

Sementara itu, sumber-sumber media Yaman melaporkan bahwa AS, melalui Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), telah mengirim pasukan bayaran dan afiliasinya untuk meningkatkan tekanan militer terhadap Yaman. Langkah ini adalah bagian dari upaya AS untuk memperpanjang pengaruhnya di kawasan dan memastikan dominasinya atas wilayah strategis seperti Laut Merah dan Teluk Aden. Namun, Yaman dengan tegas memperingatkan bahwa segala bentuk agresi atau petualangan perang terhadap negara itu akan berbalik kontraproduktif bagi pelakunya.

Pemerintah Yaman menegaskan bahwa rakyat Yaman tidak akan takut menghadapi ancaman apa pun, bahkan dari kekuatan besar seperti AS. Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, Mohammed Ali Al Houthi, dalam pernyataannya minggu lalu, menyampaikan pesan kuat kepada Presiden AS Donald Trump. Ia mengatakan, “Kami akan mencapai perdamaian dengan senjata dan kekuatan iman kami, dan kami tidak takut kepada kalian. Senjata-senjata yang kalian gunakan untuk mengancam kami adalah senjata yang sama yang kalian gunakan untuk membombardir Yaman pada hari pertama agresi militer.”

Solidaritas Yaman untuk Palestina

Di tengah konfliknya dengan AS, Yaman juga menegaskan solidaritasnya dengan rakyat Palestina. Hazam Al Assad, anggota Biro Politik Ansarullah Yaman, menyatakan pada Minggu (2/3/2025) bahwa rakyat Yaman siap untuk terlibat dalam perang luas jika ada upaya untuk memulai kembali agresi terhadap Jalur Gaza. Ia memperingatkan AS dan rezim Zionis bahwa segala bentuk dukungan terhadap serangan terhadap rakyat Palestina atau Yaman akan berakibat fatal bagi kepentingan Washington di kawasan.

“Jika musuh berusaha memulai kembali perang dengan Jalur Gaza, maka kami siap untuk terjun ke dalam sebuah perang luas. Jika AS berusaha melindungi rezim Zionis atau mendukung agresi terhadap rakyat kami di Gaza maupun Yaman, maka kepentingan-kepentingan Washington di kawasan ini akan kami serang,” tegas Hazam Al Assad.

Kemajuan Militer Yaman: Ancaman bagi AS?

Penembakan drone canggih AS dan penggunaan rudal permukaan-ke-udara oleh Houthi menunjukkan bahwa Yaman telah meningkatkan kemampuan militernya secara signifikan. Hal ini membuat AS dan sekutunya semakin waspada terhadap potensi ancaman dari Yaman. Di sisi lain, Yaman terus menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur dari prinsip-prinsip perjuangan mereka, baik dalam menghadapi agresi asing maupun dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Dengan situasi ini, ketegangan di kawasan Timur Tengah tampaknya akan terus meningkat. Yaman, yang telah lama menjadi medan pertempuran bagi kekuatan regional dan internasional, kini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga siap untuk melawan agresi apa pun dengan segala cara yang mereka miliki. Dunia internasional diharapkan dapat mengambil langkah konkret untuk meredakan ketegangan ini sebelum eskalasi lebih lanjut terjadi.