Kabaryaman.com – Militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangkaian serangan udara di Yaman pada Rabu (8/1/2025), menargetkan fasilitas senjata bawah tanah yang dikuasai oleh kelompok Houthi. Serangan ini dilakukan sebagai balasan terhadap serangan Houthi yang menargetkan kapal-kapal komersial di Laut Merah. Komando Pusat AS mengonfirmasi bahwa serangan tersebut bertujuan untuk menghancurkan persenjataan yang digunakan Houthi dalam melancarkan serangan terhadap kapal-kapal, termasuk yang melintasi perairan internasional.
Serangan ini terjadi setelah Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap armada perang AS, termasuk kapal induk USS Harry Truman di Laut Merah. Kelompok yang didukung Iran tersebut mengungkapkan bahwa mereka menembakkan dua rudal jelajah dan mengirim empat pesawat tanpa awak ke arah kapal perang AS tersebut. Houthi juga meluncurkan serangan ke Israel, yang diyakini mereka lakukan sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas dalam konflik Gaza.
Serangan Houthi ini termasuk dalam rangkaian serangan yang menargetkan lokasi-lokasi militer Israel. Setidaknya tiga serangan dilakukan pada hari yang sama, dengan target yang mencakup Jaffa dan Ashkelon, dua kota yang dikuasai Israel. Houthi menyatakan bahwa mereka akan terus meluncurkan serangan hingga agresi Israel terhadap Gaza berakhir dan blokade dicabut.
Sementara itu, serangan udara Israel di Gaza pada hari yang sama menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk dua bayi dan seorang wanita. Petugas medis Palestina melaporkan bahwa korban termasuk seorang bayi laki-laki berusia 4 bulan dan seorang wanita yang tewas saat serangan menghantam rumah di kota Deir al-Balah, Gaza tengah.
Houthi menegaskan bahwa serangan mereka terhadap kapal-kapal dan Israel adalah upaya untuk mendukung perlawanan Palestina. Mereka juga mengeklaim bahwa serangan rudal dan pesawat nirawak yang diluncurkan bertujuan untuk menggagalkan persiapan serangan udara AS terhadap Yaman.
Sementara itu, Israel mengklaim serangan mereka menargetkan militan Hamas dan kelompok bersenjata lainnya, yang dituduh menggunakan area sipil sebagai tempat berlindung. Meskipun demikian, serangan ini menambah jumlah korban sipil, termasuk anak-anak, yang terus memicu seruan internasional untuk segera diadakan gencatan senjata.